Selasa, 30 Maret 2010

upaya yang dilakukan untuk anak-anak autis

* UPAYA YANG DILAKUKAN

Upaya yang pertama kali dilaukan oleh para guru adalah menyelami dunia anak autis (empathy) agar nantinya timbul suatu kontak batin.

Apa yang dilakukan jika anak terdeteksi autisme ??

1. Melakukan pemeriksan ke dokter anak yang ahli tentang autisme untuk emndapatkan diagnosis.
2. Melakukan intervensi secara dini dengan melakukan tata laksana perilaku.
3. Melakukan intervensi biomedis/obat – obatan.
Tujuan dari ketiga hal tersebut adalah :
Untuk mengajarkan anak bagaimana cara belajar metode perilaku meningkatkan belajar tidak hanya dengan mengajar anak, tetapi juga mengganti perilaku – perilakunya yang bermaslah dengan lebih sesuai.

Tujuan terapi pada gangguan autisme adalah untuk mengurangi masalah perilaku serta meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya, terutama dalam penggunaan bahasa. Tujuan ini dapat tercapai dengan baik melalui suatu program terapi yang menyeluruh dan bersifat individual, di mana pendidikan khusus dan terapi wicara merupakan komponen yang penting.
Suatu tim kerja terpadu yang terdiri dari tenaga pendidik, tenaga medis (psikiater, dokter anak), psikolog, ahli terapi wicara, pekerja sosial, dan perawat, sangat diperlukan agar dapat mendeteksi dini, serta memberi penanganan yang sesuai dan tepat waktu. Semakin dini terdeteksi dan mendapat penanganan yang tepat, akan dapat tercapai hasil yang optimal.
Pendekatan edukatif
Anak dengan autisme seharusnya mendapat pendidikan khusus. Rencana pendidikan sebaiknya dibuat secara individual sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Juga perlu diperhitungkan tidak hanya kelemahan anak ini, namun juga kekuatan yang mereka punyai, agar guru dapat mempertimbangkannya dalam memberikan keterampilan baru. Yang terbaik bagi mereka adalah suatu bentuk pelatihan yang sangat terstruktur, sehingga kecil kesempatan bagi anak untuk melepaskan diri dari teman-temannya, dan guru akan segera bertindak bila melihat anak melakukan aktivitas sendiri. Latihan yang terstruktur ini juga mempermudah anak untuk dapat memperkirakan kemungkinan apa yang akan terjadi di sekitarnya. Idealnya, anak ikut serta pelatihan ini, dengan harapan ia dapat memperoleh kemampuan untuk bekerja sendiri. Pendekatan ini tentunya membutuhkan suatu kelas yang perbandingan murid dan gurunya rendah.
Dalam pelajaran bahasa, anak lebih mudah mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi bila fokus pembicaraan mengenai hal-hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada beberapa anak dapat dicoba dengan melatih bahasa isyarat. Demikian pula dalam melatih ketrampilan sosial, hendaknya juga mengenai hal-hal yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Kekurangan dalam interaksi soaial, hubungan timbal-balik, memahami aturan-aturan sosial, memusatkan perhatian bila berada dalam suatu kelompok, dan kemampuan mengerjakan cara-cara yang diajarkan oleh pembimbingnya, merupakan masalah-masalah yang kemungkinan dapat berhasil dicapai dalam program untuk remaja dan dewasa muda.
Terapi perilaku
Dengan modifikasi perilaku yang spesifik diharapkan dapat membantu anak autisme dalam mempelajari perilaku yang diharapkan dan membuang perilaku yang bermasalah.
Dalam suatu penelitian dikatakan, dengan terapi yang intensif selama 1-2 tahun, anak yang masih muda ini dapat berhasil meningkatkan IQ dan fungsi adaptasinya lebih tinggi dibanding kelompok anak yang tidak memperoleh terapi yang intensif. Pada akhir dari terapi, sekitar 42% dapat masuk ke sekolah umum. Agresivitas yang cukup banyak ditemukan pada anak autisme, memerlukan penangan yang spesifik, yakni:
Anak:
a. Ajari keterampilan berkomunikasi (non-verbal).
b. Tingkatkan ketrampilan sosial (dengan peragaan).
Medis
a. Konsultasi endokrinologi: untuk mengatasi agresivitas seksual.
b. Konnsultasi neurologi: untuk menyingkirkan adanya kejang lobus temporalis dan sindrom hipotalamik.
Lingkungan
Lingkungan harus aman, teratur, dan responsif.
Sekolah:
• Periksa prestasi akademik yang diharapkan.
• Catat reaksi dari teman-teman.
• Coba kurangi tuntutan dan perubahan.
• Konsultasi dengan para ahli.
Rumah:
• Bagaimana penerimaan keluarga terhadap anak (orangtua dan saudara-saudaranya).
• Catat tuntutan-tuntutan terhadap anak dan coba kurangi setiap perubahan rutinitas.
• Pembatasan ruang adalah penting.
• Konsultasi dengan para ahli.
Bangkitkan rasa percaya diri pada anak:
a. Bantu anak untuk melatih kontrol diri: stop-lihat-dengar
b. Praktikkan latihan relaksasi: napas dalam atau musik.
c. Ajari mendeteksi bahaya.
Kembangkan pelbagai keterampilan sebagai pengganti agresivitas, seperti keterampilan sosial, berkomunikasi, kerjasama, menggunakan waktu senggang, dan berekreasi.
Kurangi perubahan rutinitas yang mendadak. Hendaknya keluarga mempunyai rencana terhadap apa yang diharap dari anak di rumah:
a. Rutinitas sehari-hari pada pagi hari, sepulang sekolah, dan sore hari.
b. Gunakan gambar-gambar untuk anak non-verbal dan mempunyai fungsi yang lebih rendah.
Bagi anak dengan agresivitas yang berat:
a. Pakai cara istirahat (time out) untuk meredakan dan dapat mengontrol diri lebih baik.
b. Batasi reaksi emosional untuk menjadi agresif dengan berkata `tidak’ atau ‘stop’.
c. Gunakan alat bantu fisik untuk mengontrol anak
d. Koreksi terhadap akibat negatif yang dibuat anak
e. Pengendalian fisik pada agresivitas yang berat dan hilangnya kontrol diri.
f. Pastikan anak mempunyai rutinitas sehari-hari yang teratur.
g. Semua teknik di atas harus digunakan dengan hati-hati dan di bawah supervisi profesional yang telah terlatih.
Teknik pencegahan timbulnya agresivitas:
a. Bina hubungan yang kuat dengan anak
b. Pastikan anak mempunyai rutinitas yang teratur, terutama di rumah
c. Tinjau kembali bermacam tuntutan terhadap anak
d. Bagaimana mengatur perubahan rutinitas (sebelum/sesudah hari libur)
e. Jelaskan dan siapkan anak terhadap perubahan
f. Kurangi suara dan keributan di sekitarnya
g. Buat rencana untuk ‘hari-hari buruk’ dengan memilih suatu tempat yang tenang agar anak lebih tenang.
h. Pergunakan relaksasi dan kontrol diri sebagai cara untuk memberi lebih banyak ketrampilan pada anak
i. Pertemuan rutin dengan anggota tim agar mereka menyadari tanda-tanda agresivitas
j. Supervisi dan ahli jiwa yang terlatih dalam terapi perilaku kognitif
Psikoterapi
Dengan adanya pengetahuan tentang faktor biologi pada autisme, psikodinamik psikoterapi yang dilakukan pada anak yang masih kecil, termasuk terapi bermain yang tidak terstruktur, adalah tidak sesuai lagi. Psikoterapi individual, baik dengan atau tanpa obat, mungkin lebih sesuai pada mereka yang telah mempunyai fungsi lebih baik, saat usia mereka meningkat, mungkin timbul perasaan cemas atau depresi ketika mereka menyadari kelainan dan kesukaran dalam membina hubungan dengan orang lain.
Terapi Obat
Pada sekelompok anak autisme dengan gejala-gejala seperti tempertrantums, agresivitas, melukai diri sendiri, hiperaktivitas, dan stereotip, pemberian obat-obatan yang sesuai dapat merupakan salah satu bagian dari program terapi komprehensif. Pemeriksaan yang lengkap dari kondisi fisik dan laboratorium harus dilakukan sebelum memulai pemberian obat-obatan. Periode istirahat dari obat, setiap enam bulan dianjurkan untuk menilai lagi apakah obat masih diperlukan dalam terapi.
Obat-obatan yang digunakan antara lain:
a. Antipsikotik: untuk memblok reseptor dopamin
b. Fenfluramine: untuk menurunkan serotonin
c. Naltrexone: untuk antagonis opioida
d. Simpatomimetik: untuk menurunkan hiperaktivitas
e. Clomipramine: untuk anti depresan
f. Clonidine: untuk menurunkan aktivitas noradrenergik
J. UPAYA YANG DILAKUKAN

Upaya yang pertama kali dilaukan oleh para guru adalah menyelami dunia anak autis (empathy) agar nantinya timbul suatu kontak batin.

Apa yang dilakukan jika anak terdeteksi autisme ??

4. Melakukan pemeriksan ke dokter anak yang ahli tentang autisme untuk emndapatkan diagnosis.
5. Melakukan intervensi secara dini dengan melakukan tata laksana perilaku.
6. Melakukan intervensi biomedis/obat – obatan.
Tujuan dari ketiga hal tersebut adalah :
Untuk mengajarkan anak bagaimana cara belajar metode perilaku meningkatkan belajar tidak hanya dengan mengajar anak, tetapi juga mengganti perilaku – perilakunya yang bermaslah dengan lebih sesuai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar